Hai orang - orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya dan berjihadlah pada jalan-Nya supaya kamu mendapat keberuntungan. (QS. al-Maa'idah; 35).

Ruhul Jihad dalam bekerja mensyaratkan mobilisasi dan optimalisasi pemberdayaan segenap potensi di jalan Allah untuk kebaikan setiap umat manusia. Ruhut Mujahadah menuntut kesabaran dan kontinuitas kerja bahkan menuntut tingkat kesabaran ekstra yang mampu mengunguli kesabaran para pesaing. Semua itu didukung dengan ketekunan untuk  murabathah yakni pantang meninggalkan pekerjaan sebelum selesai. Ruhul Jihad menolak setiap bentuk ketidak cermatan dalam me-manajemen waktu yang begitu berharga, ketidak profesionalan dalam mengelola sumber daya yang demikian mahal. Dengan tegas pula, ia menolak setiap perasaan dan sikap lemah, malas dan kurang serius, mengandalkan pada kemampuan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaan, lebih - lebih mencatat prestasi orang lain sebagai hasil karyanya. Sebab cara ini analog dengan memakan harta orang lain secara batil.
Secara teroretis, Kaum Muslimin mempunyai etos kerja yang demikian kuat dan mendasar karena ia memuara pada iman, berhubungan langsung dengan kekuatan Allah dan merupakan persoalan hidup dan mati. Akan tetapi tidak diingkari kalau kenyataannya masih jauh panggang dari pada api. Sebaliknya, Kaum Muslimin belum tahu kalau mereka itu mempunyai kekuatan etos kerja yang sangat dahsyat dan ketika mereka melihat prestasi suatu bangsa atau umat lain, sebagian orang Islam salut dan terpana dengan etos kerja mereka dan kadang sambil bertanya dengan agak sinis, "Adakah etos kerja dalam Islam ?" Pertanyaaan seperti itulah yang sebenarnya tidak perlu kita utarakan melainkan kita sendiri harus berjuang (jihad) dan meningkatkan etos kerja kita sendiri, hal itu adalah lebih baik dari pada menjadi penonton.