Allah tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan ia mendapat siksa (dari kejahatan) yang dikerjakannya. (mereka berdoa) : Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami bersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri ma'aflah kami ; ampunilah kami ; dan rahmatilah kami. Engkau penolong kami maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir. (al-Baqarah 286)


Sebagaimana ungkapan ayat di atas bahwa Allah tidak akan memberikan suatu cobaan di luar batas kemampuan manusia. Sejatinya, makhluk Allah di dunia ini akan selalu dibarengi dengan cobaan rintangan yang sesuai dengan kapasitasnya. Perlu digarisbawahi, di sini adalah ia mendapat pahala (dari kebajikan) yang diusahakannya dan mendapat siksa (dari kejahatan) yang dilakukannya. Artinya, ketika kita diberi suatu cobaan oleh Allah maka jalan yang akan di tempuh ada dua hal : yakni bisa membawa kepada kebaikan dan keburukan. Hal ini tergantung pada sikap kita terhadap cobaan yang menimpanya.
Untuk itu, bersikaplah dengan sikap yang baik karena sikap akan membawa kita pada jalan lurus kemudian akan membawanya pada kebahagiaan yang kekal kelak. Kita harus yakin bahwa cobaan yang kita terima tidak akan melebihi kadar kemampuannya melainkan sudah tertulis dalam kitab-Nya. Cobaan bukanlah tanpa tujuan dan bukan arah yang tidak jelas. Melainkan semata apakah kita mampu menepisnya dengan tepisan yang baik ataukah tidak.